MAKALAH
ASPEK-ASPEK YANG
MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN AKHLAK
Disusun
Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Akhlak Tashawuf
Dosen
Pengampu:Safruroh,
S.Th.I.,M.Pd.I
Disusun
Oleh:
Fitria
Dinata
M.
Abdul
Jabbar
Maya
Muyasaroh
Padhilah
Nuri
Rahmayani
FAKULTAS
TARBIYAH
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT
AGAMA ISLAM
CIAMIS
2013
BAB II
PEMBAHASAN
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan akhlak antara lain adalah:
1. Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap,
tindakan
dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh
Insting
seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat
yang
dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting
berfungsi
sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara
lain
adalah:
a.
Naluri Makan
(nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa
didorang oleh orang lain. Buktinya , begitu bayi lahir ia dapat mencari
tetek
ibunya dan mehisap air susu ibunya tanpa diajari lagi.
b.
Naluri
Berjodoh (seksual instinct). Dalam alquran diterangkan yang artinya :( QS. Ali Imran : 14 )
“Dijadikan indah pada
(pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak [186] dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup
di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
[186] yang dimaksud dengan
binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk jenis
unta,
lembu, kambing dan biri-biri.
Kalimat yang dimaksud untuk naluri berjodoh ini pada
kata-kata ini :
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak,
harta
yang banyak".
c.
Naluri Ke ibu
bapakan (peternal instinct)
Tabiat
kecintaan
orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang
tuanya.
d.
Naluri
Berjuang (combative instinct).
Tabiat manusia untuk
mempertahnkan
diri dari gangguan dan tantangan. Jika seseorang diserang oleh musuh,
maka ia
akan membela dirinya.
e.
Naluri
Bertuhan.
Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya yang
memberikan rahmat kepadanya. Naluri ini disalurkan dalam naluri beragama.
Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah
sudah ada dan tanpa perlu dipelajrari terlebih dahulu.
Selain kelima insting tersebut, masih banyak lagi
insting yang sering dikemukakan oleh para ahli psikologi, misalnya :
-
Insting
ingin tahu dan memberitahu
-
Insting suka
bergaul
-
Insting suka
meniru
-
Insting
takut dan lain- lain.
Insting
merasa takut berpakar para manusia, mengikutinya mulai masa kanak-kanak
sampai
masuk liang kubur. Antar insting ini dengan insting lainnya saling
berdesak-desakan. Seperti marah, suka mencipta, suka mengetahui, dan
bercumbu-cunbuan,. Sehingga menghambat untuk lahirnya insting takut atau
menjadikan sebab akan keragu-raguan.
Dengan potensi naluri itulah manusia dapat memproduk
aneka corak perilaku sesuai pula dengan corak instingnya. Prilaku
seseorang akan mencerminkan akhlaknya, jika prilaku baik maka akhlaknya
juga
baik.
2. Adat /
Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap
tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang
dalam
bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir
berpendapat:
perbutan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga
mudah
melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan.
Segala perbuatan, baik atau
buruk,
akan menjadi adat kebiasaan karna dua faktor: “ kesukaan hati kepada
sesuatu
pekerjaan dan menerima kesukaan itu dengan melahirkan sesuatu perbuatan,
dan
dengan di ulang- ulang secukupnya”. Adapun berulangnya sesuatu perbuatan
saja,
(yakni mengerakkan anggota tubuh dengan perbuatan), tidak ada gunanya
dalam
pembentukan adat kebiasaan.
Seperti seseorang yang sakit
yang
berulang-ulang menelan obat yang sangat pahit yang tidak di sukainya,
mengharap
lekas sembuh supaya tidak menelannya lagi, baginya penelanan obat itu
tidak
menjadi adat kebiasaan.
Seperti seorang murid yang
malas pergi ke sekolah, dia pergi kesekolah hanya karna tekanan orang
tua,
sehingga apabila tidak ada tekanan orang tua tersebut ia tidak mau pergi
ke
sekolah. Akan tetapi kita melihat peminum minuman keras yang di ulang-
ulangi
meminum minuman keras tersebut.
Alasan dalam contoh ini
adalah,
bahwa orang yang sakit itu hatinya tidak suka minum obat, padahal ia
ingin
sehat kembali. Maka karna kesukaan hati dalam suatu perbuatan dan
mengulanginya
tidak nyata ada, sehingga tidak menjadi adat kebiasaan.
Demikian juga seorang murid
yang
hatinya tidak suka pergi kesekolah, dimana ia hanya pergi karna tekanan
orang
tua, hal itu tidak dikatakan kebiasaan. Ada pun peminum minuman keras
yang suka
meminum minuman keras dan kesukaan ini diualng - ulanginya, maka hal
inilah
yang menjadi adat kebiasaan.
Mengulangi sesuatu hal, dengan
kesukaan hati saja tidak cukup dikatakan suatu kebiasaan. Barang siapa
yang
ingin berulang kali ingin meminum minuman keras, akan tetapi tidak
mengulangi
maka hal itu tidak menjadi kebiasaan. Dengan demikian suatu hal yang
akan
menjadi suatu adat kebisaan karna keinginan hati dan dilakukannya, serta
di
ulang - ulanginya.
Fungsi kebiasaan adalah:
a. Memudahkan
perbuatan
Seperti
percakapan yang kita lakukan, yang menghabiskan beberapa tahun untuk
mempelajarinya, dan mempergunakan kerongkongan, lidah, langit - langit,
dan bibir.
Dan terkadang untuk mengucapkan sepatah kata mempergunakan semua anggota
tersebut. Anak kecil berangsur - angsur dari mengucapkan beberapa huruf
yang
mudah kepada yang sukar, sehingga terbentuk adat kebiasaan, dan dapat
berbicara
dengan tidak terasa sukar sedikitpun.
b. Menghemat
waktu dan
perhatian
Perbuatan
yang diulang - ulang dan menjadi kebiasaan, maka seseorang dapat
melakukan
dalam waktu yang lebih singkat dan tidak menghajatkan kepada perhatian
yang
banyak.
Contohnya
kita menulis, yang membutuhkan beberapa waktu dan perhatian yang
sempurna dan mempersiapkan segala pikiran yang ada, akan tetapi setelah
menjadi
kebiasaan dapatlah seseorang menulis beberapa halaman dalam waktu yang
sama
ketika ia menulis satu baris, dan dapat pula sambil menulis pikirannya
melayang
ke lain jurusan. Maka kehidupan kita bertambah - tambah ratusan kali
karna
kebiasaan.
Contoh
lain yaitu, perbandingan antara tangan kanan dan tangan kiri merupakan
kebiasaan yang menjadikan tangan kanan lebih tangkis, lebih cepat
mempelajarinya, dan apabila tangan kanannya hilang, orang dapat
mengerjakan
dengan tangan kirinya, apa yang dikerjakan tangan kanannya, bahkan
banyak orang
yang hilang kedua tangannya, lalu bisa mengerjakan dengan kedua kakinya
apa
yang dahulu dikerjakan dengan kedua tangannya.
Ada beberapa cara untuk dapat
merubah kebiasaan yang buruk, yaitu:
a)
Berniat
sungguh - sungguh.
Niat
tersebut tidak ada perasaan ragu - ragu. Kita harus mau meletakkan diri
ketempat yang cocok dengan kebiasaan yang baik. Kemudian mengikat lawan
adat
kebiasaan yang buruk. Janganlah mengulangi perbuatan yang buruk
lagi.kerjakan
niat tersebut dengan kekuatan yang besar.
b)
Menghindari
kebiasaan yang buruk, sekaligus meninggalkannya
c)
Carilah
waktu yang baik untuk memperbaiki niatmu, kemudian ikutilah segala gerak
jiwa
yang menolong perbaiki niat tersebut.
d)
Jagalah
pada dirimu kekuatan penolak dan peliharalah agar selalu hidup dalam
jiwamu, dengan mendarmakan perbuatan yang kecil-kecil tiap hari, untuk
mengekang hawa nafsumu, karna yang demikian itu dapat menolong engkau
untuk
menghadapi segala penderitaan kalau datang waktunya.
3. Wirotsah (keturunan)
Maksudnya adalah berpindahnya
sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak
keturunan).
Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang
tuanya.
Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat
orang
tuanya.
4.Milieu / Lingkungan
Artinya suatu yang melingkupi
tubuh
yang hidup, meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan manusia ialah
apa
yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat.
Milieu ada 2 macam:
1. Lingkungan
Alam
Alam yang melingkupi manusia
merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku
seseorang.
Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa
oleh
seseorang.
Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui
yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi
melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang
menempati
lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma
yang
berlaku.
2. Lingkungan
pergaulan
Manusia hidup selalu
berhubungan
dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh
karena itu,
dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan
tingkah
laku.
Contohnya Akhlak orang tua
dirumah
dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah
dapat
terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru
disekolah.Setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak. Apa yang
dilakukan
manusia timbul dari kejiwaan. Walaupun pancaindra kesulitan melihat pada
dasar
kejiwaan, namun dapat dilihat dari wujud kelakuan. Maka setiap kelakuan
pasti
bersumber dari kejiwaan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak pada
khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yaitu:
1) Aliran Nativisme
Menurut aliran ini faktor yang
paling berpengaruhi terhadap diri seseorang adalah faktor bawaan dari
dalam
yang bentuknya dapat berupa kecendrungan, bakat, dan akal. Jika seorang
telah
memiliki bawaan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut
lebih
baik. Aliran ini begitu yakin terhadap potensi batin dan tampak kurang
menghargai peranan pembinaan dan pendidikan.
2) Aliran Empirisme
Menurut aliran ini faktor yang
paling berpengaruhi terhadap pembentukan diri seorang adalah faktor dari
luar,
yaitu lingkugan sosial; termasuk pembinaan dan pendidikan yang
diberikan. Jika
penddidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka
baiklah
anak. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini begitu percaya kepada peranan
yang
dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.
3) Aliran Konvergensi
Menurut aliran ini faktor yang
paling mempengaruhi pembentukan akhlak yakni faktor internal (pembawaan)
dan
faktor dari luar (lingkungan sosial). Fitrah dan kecendrungan ke arah
yang
lebih baik yang dibina secara intensif secara metode.
Aliran ini sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat
dipahami dari ayat dan hadits di bawah ini.
Dan Allah mengeluarkan kamu
dari
perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi
kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
selanjutnya yg artinya :
setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa)
fitrah (rasa ketuhanan dan kecendrungan kepada kebenaran). Maka kedua
orang
tuanya yang membentuk anak itu menjadi yahudi, Nasrani, atau majusi.
(HR.
Bukhori).
Dari ayat dan hadits tersebut
di
atas menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan
adalah
kedua orang tua.
Didiklah anakmu sekalian
dengan tiga
perkara: mencintai nabimu, mencintai keluarganya, dan membaca al-Qur’an,
karena
orang yang membawa(lafal) al-Qur’an akan berada dibawah perlindungan
Allah, di hari tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya, bersama
para nabi dan kekasihnya.(HR.al-Dailami dari Ali). Hal ini sesuai pula
dengan
perlakuan lukmanul hakim kepada anaknya seperti ayat dibawah ini :
Dan
(Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan
kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
ibunya
Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan
menyapihnya
dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu
bapakmu,
Hanya kepada-Kulah kembalimu.
[1180]
Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua
tahun.
Dan dengan
demikian faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak anak ada dua,
yaitu
faktor dalam, yaitu potensi fisik, intelektual dan hati yang dibawa anak
sejak
lahir dan faktor dari luar yaitu, kedua orang tua, guru disekolah,dan
tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat.
5. Pendidikan
Dunia pendidikan, sangat besar
sekali pengaruhnya terhadap perubahan perilaku, dan akhlak seseorang.
Bebagai
ilmu diperkenalkan agar siswa memahaminya dan dapat melakukan suatu
perubahan
pada dirinya. Begitu pula apabila, siswa diberi pelajaran “AKHLAK”, maka
memberi tahu bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah laku, bersikap
terhadap sesamanya, dan pernciptanya(Tuhan).
Dengan demikian , strategis
sekali
dikalangan pendidiakn dijadikan pusat perilaku yang kurang baik untuk
diarahkan
menuju keperilaku yang baik. Maka dibutuhkan beberapa unsur dalam
pendidikan,
untuk bisa dijadikan agent perubahan sikap dan perilaku manusia.
Dari tenaga pendidik
(pengajar)
perlu memiki kemampuan profesionallitas dalam bidangnya. Dia harus mampu
memberikan wawasan, materi, mengarahkan dan membimbing anak didiknya, ke
hal
yang baik. Dengan penuh perhatian, sabar, ulet, tekun, dan berusaha
terus
menerus, pengajar hendaknya melakukan pendekatan psikologis.
Unsur
lain yang perlu diperhatikan adalah materi pengajaran. Apabila materi
pengajaran yang disampaikan oleh pendidik menyimpang dan mengarah ke
perubahan
perilaku yang menyimpang, inilah suatu keburukan dalam pendidikan.
Tetapi
sebaliknya, apabila materinya baik dan benar setidaknya siswa akan
terkesan
dalam sanubari pribadinya. Bekasan materi itu akan memotivasi bagaimana
harus
bertindak yang baik dan benar. Penguasaan metodologis pengajaran yang
dilakukan
pendidik juga akan berperan aktif dalam mempengaruhi akhlak siswa.
Lingkungan sekolah dalam dunia
pendidikan merupakan tempat bertemunya semua watak. Perilaku dari masing
–
masing anak yang berlainan. Ada anak yang nakal, berprilaku baik dan
sopan
dalam bahasanya, beringas sifatnya, lancar pembicarannya, pandai
pemikirannya
dan sebagainya. Kondisi kepribadian anak yang sedemikian rupa, dalam
interaksi
antara anak satu, dengan anak lainnya akan saling mempengaruhi juga pada
kerpribadian anak.
Dengan
demikian lingkungan pendidikan sangat memengaruhi jiwa anak didik. Dan
akan
diarahkan kemana anak didik dan perkembangan kepribadiannya. Jika
lingkungan
pendidikan anak itu baik maka akhlaknya juga baik.
6. Kehendak
Kehendak
(bahasa
Inggris: will) adalah kemampuan
yang dimiliki seseorang atau sesuatu makhluk untuk membuat pilihan
secara
sukarela, bebas dari segala kendala ataupun tekanan yang ada.